Senin, 07 Mei 2018

BAB X (KISAH KETELADANAN ASHABUL KAHFI)


A.  ASHABUL KAHFI
Ashabul Kahfi adalah tujuh pemuda yang mendapat petunjuk dan beriman kepada Allah Swt., mereka menyelamatkan iman dan tauhid pada Allah Swt dengan cara melarikan diri dari kekejaman raja Dikyanus yang memaksanya untuk menyembahnya dan menyembah berhalaberhala di lingkungan istananya. Lalu mereka nantinya tertidur lelap dalam gua selama 309 tahun. Banyak yang berpendapat lokasi gua terdapat di Yordania di perkampungan Al-RajƯb atau dalam Al-Quran di sebut Al-Raqim, yang berjarak 1.5 km dari kota Abu A’landa dekat kota Amman- Yordania. Raja Abdullah ke 2 (Raja Yordania) telah meresmikan untuk mendirikan di muka gua Ashabul Kahfi masjid dan ma’had yang diberi nama “Masjid Ashabul Kahfi”. Namanama pemuda Ashabul Kahfi adalah Maksalmina, Martinus, Kastunus, Bairunu, Danimus, Yathbunus dan Thamlika adapun anjingnya bernama Q. Allah berfirman dalam surah alKahfi [18]: 13-14:
“Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Rabb mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk. Dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri lalu mereka berkata:”Rabb kami adalah Rabb langit dan bumi, kami sekali-kali tidak menyeru Ilah selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran."(QS. Al-Kahfi [18]:14). Mulanya, Diqyanus ialah seorang penyembah berhala yang sangat fanatik. Ia menyebar mata-mata ke seluruh negeri Syam untuk mengetahui orang-orang yang tidak menyembah berhala. Jika ia menemukan orang yang tidak menyembah berhala seperti yang Diqyanus lakukan maka, ia mereka akan diseret ke hadapan Diqyanus. Mereka yang tidak menyembah berhala akan di seret ke alun-alun dan dipenggal di sana. Diqyanus ialah manusia dengan hati bagai batu. Ia tertawa lebar menyaksikan jerit dan tangisan keluarga yang ditinggal dan disaksikan oleh seluruh penduduk Syam. Setiap kali kaisar Romawi mengabarkan bahwa ia sangat senang dengan kepemimpinan Diqyanus. Maka, Diqyanus segera menggelar pesta besar. Suatu hari Diqyanus, mengadakan pesta pernikahan besar. Ia mengundang seluruh rakyatnya untuk hadir tanpa terkecuali. Seluruh penduduk diperintahkan agar menghias rumahnya dengan lampu-lampu yang cantik. Hari yang dinanti nati itu pun tiba. Orang-orang berkumpul di sekitar istana yang dikelilingi sebuah parit yang sangat lebar. Mereka menari dan bernyanyi bersama. Sementara itu para menteri memadati istana. Tidak lama kemudian muncullah Diqyanus dan mempelai wanitanya yang disambut meriah dengan sorak tepuk tangan. Diqyanus kemudian duduk dengan khusuk di hadapan berhala yang berada di tengahtengah istanah. Suasana menjadi senyap. Diqyanus menyembah berhala itu lalu kemudian menyerahkan sesembahan lalu kembali bersujud pada patung yang terbuat dari emas itu. Ia kemudian duduk dalam singgasananya menyaksikan para menteri dan rakyatnya yang silih berganti menyembah berhala. Tiba-tiba Diqyanus terlihat gugup dan gelisah. Dan berkata: “Menteri, mana Martius dan Nairawis? Tanpa mereka sadari Martus dan Nairawis ternyata telah meninggalkan pesta lebih awal. Martus dan Nairawis adalah dua orang dari ketujuh Ashabul Kahfi. Ketika Martus pulang ke rumahnya ia langsung berhadapan dengan ayahnya dengan wajah merah padam. Martus segera menghindar namun ayahnya menarik kerah bajunya dan memarahi anaknya atas kekecewaan terhadap perilakunya sewaktu berada di istana. Martus kemudian mengurung diri di kamarnya, menangis terseduh-seduh. Ia merasa diasingkan oleh seluruh penduduk negeri bahkan oleh ayahnya sendiri yang amat ia sayangi yang bernama Nasthas, salah seorang menteri dari Diqyanus. Sedangkan, Nairawis ialah anak dari menteri kepercayaan Diqyanus yaitu Kaludius. Sementara itu, di rumah Maksalmina, seorang pengikut ajaran Nabi Isa as, yang sangat tidak suka dengan pemerintahan Diqyanus tiba-tiba rumahnya diketuk. Maksalmina membukakan pintu. Ternyata yang ia temui ialah Martus, sahabat yang sepaham dengannya. Mereka berdialog dengan peristiwa yang baru saja menimpa negerinya . Mereka berdua ialah orang-orang yang kehilangan orang yang mereka sayangi dari peristiwa tragis itu. Tidak lama mereka bercakap-cakap. Pintu rumah kembali diketuk. Ternyata mereka adalah Nairawis dan Dainamus. Dainamus ialah seorang pedagang yang selalu tertindas dalam ketidak adilan oleh para pedagang besar orang-orang romawi. Mereka berempat terlibat dalam pembicaraan yang serius. Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk lari dari kota yang penuh dengan kenistaan dan jauh dari Tuhan. Keesokan harinya terdengar kabar bahwa putra dari Diqyanus tewas terbunuh di sungai. Pembunuhnya ialah Hawawi Narthusia seorang pengikut Nabi Isa As. Ia segera ditangkap dan disiksa di hadapan Diqyanus. Ketika sedang mengawasi penyiksaan ini. Mata-mata Diqyanus mengatakan kepada Diqyanus, “Tuan, aku pernah melihat pemuda ini bersama Martus dan Nairawis beserta para pemuda lainnya. Aku khawatir mereka bersekongkol menyiapkan rencana licik ini. Mereka menyebarkan bahwa tuan adalah orang sesat kerena menyembah berhala.
 Mereka juga mengatakan bahwa Anda kejam dan sewenang-wenang. Aku khawatir mereka berusaha menggulingkan Tuan dari jabatan terhormat ini” Mendengar perkataan ini, Diqyanus geram. “Pergi dan tangkap mereka sekarang juga, jangan kembali jika kau tidak berhasil menangkapnya! Diantara para pejabat Diqyanus, ada yang simpati terhadap nasib Martus dan Nairawis. Kabar ini pun tersampaikan ke telinga Martus. Mereka berenam sepakat untuk melarikan diri ke negeri terdekat ar-Raqim. Disinilah cikal bakal pelarian pemuda Ashabul Kahfi dalam pelarian mereka kemudian beristirahat dalam sebuah gua. Dan tidak henti-hentinya meminta perlindungan kepada Allah Swt. Allah Swt., menjadikan gua ini tampak menyeramkan sehingga siapa pun yang medekati gua ini, akan terbesit ketakutan dan tak berani memasukinya. Ketujuh pemuda dan seeokor anjing ini akhirnya tertidur selama 309 tahun, dengan izin Allah Swt. (QS. al-KahfƯ [18]: 25) 300 tahun berlalu dengan pemimpin yang silih berganti dan semuanya ialah orang yang amat kejam. Hingga akhirnya Allah Swt menunjukkan jalan. Negeri Syam kini dipimpin oleh seorang pengikut Nabi Isa As yang memerintahkan rakyatnya agar menyembah Allah Swt.

BAB IX (ADAB MEMBACA AL-QUR'AN DAN ADAB BERDOA)


A.      ADAB MEMBACA AL-QURAN
     Al-Qur'an adalah firman Allah yang tidak mengandung kebatilan sedikitpun. Al-Quran adalah kitab pedoman dan petunjuk jalan yang lurus dan memberi bimbingan kepada umat manusia di dalam menempuh perjalanan hidupnya, agar selamat di dunia dan di akhirat, dan dimasukkan dalam golongan orang-orang yang mendapatkan rahmat dari Allah Swt. Untuk itulah tiada ilmu yang lebih utama dipelajari oleh seorang muslim melebihi keutamaan mempelajari al-Quran. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw: “Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari al-Quran dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari).
     Ketika membaca al-Quran, maka seorang muslim perlu memperhatikan adab-adab berikut ini untuk mendapatkan kesempurnaan dalam membaca al-Quran:
1.    Membaca dalam keadaan suci, duduk yang sopan dan tenang. Dalam membaca al-Quran seseorang dianjurkan dalam keadaan suci. Namun, diperbolehkan apabila dia membaca dalam keadaan terkena najis. Imam Haramain berkata, “Orang yang membaca al-Quran dalam keadaan najis, dia tidak dikatakan mengerjakan hal yang makruh, akan tetapi dia meninggalkan sesuatu yang utama.” (At-Tibyan, hal. 58-59).
2.    Membacanya dengan pelan (tartil) dan tidak cepat, agar dapat menghayati ayat yang dibaca. Rasulullah bersabda, “Siapa saja yang membaca al-Quran (khatam) kurang dari tiga hari, berarti dia tidak memahami.” (HR. Ahmad dan para penyusun kitab-kitab Sunan). Rasululloh memerintahkan Abdullah Ibnu Umar untuk mengkhatam-kan Al-Quran setiap satu minggu (7 hari) (HR. Bukhari, Muslim). Sebagaimana yang dilakukan Abdullah bin Mas’ud, Utsman bin Affan, Zaid bin Tsabit, mereka mengkhatam-akan Al-Quran sekali dalam seminggu.
3.    Membaca Al-Quran dengan khusyu’, dengan menangis-trenyuh karena sentuhan pengaruh ayat yang dibaca sehingga bisa menyentuh jiwa dan perasaan. Allah Swt. menjelaskan sebagian dari sifat-sifat hamba-Nya yang shalih, “Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu’.” (QS. Al-Isra’ [17]:109). Namun demikian, tidaklah disyariatkan bagi seseorang untuk pura-pura menangis dengan tangisan yang dibuat-buat.
4.    Membaguskan suara ketika membacanya. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Hiasilah al-Quran dengan suaramu.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah dan al-hakim). Di dalam hadis lain dijelaskan, “Tidak termasuk umatku orang yang tidak melagukan Al-Quran.” (HR. Bukhari dan Muslim). Maksud hadis ini adalah membaca Al-Quran dengan susunan bacaan yang jelas dan terang makhraj hurufnya, panjang pendeknya bacaan, tidak sampai keluar dari ketentuan kaidah tajwid.
5.    Membaca al-Quran dimulai dengan isti’aĪah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan bila kamu akan membaca al-Quran, maka mintalah perlindungan kepada Allah dari (godaan-godaan) syaithan yang terkutuk.” (QS. An-Nahl: 98). Membaca al-Quran dengan tidak mengganggu orang yang sedang salat, dan tidak perlu membacanya dengan suara yang terlalu keras atau di tempat yang banyak orang. Bacalah dengan suara yang lirih secara khusyu’. Rasulullah Saw bersabda, “Ingatlah bahwasanya setiap dari kalian bermunajat kepada Rabb-Nya, maka janganlah salah satu dari kamu mengganggu yang lain, dan salah satu dari kamu tidak boleh bersuara lebih keras daripada yang lain pada saat membaca (Al-Quran).” (HR. Abu Dawud, Nasa’i, Baihaqu dan Hakim).
B.  ADAB BERDOA
     Doa adalah senjata orang yang beriman, karena dengan berdoa seorang hamba dengan sendirinya telah menyatakan kelemahan, kebutuhan sekaligus kekurangannya akan pertolongan dari dzat penguasa alam semesta, Allah Swt. Kita selaku hamba yang beriman tentu dianjurkan untuk selalu berdoa dan memohon pertolongan hanya kepada Allah semata. Namun ternyata doa-doa kita kadang tak selaras dengan apa yang kita inginkan. Terkadang apa yang kita harapkan dan cintai belum tentu itu baik bagi kita, begitu juga sebaliknya apa yang kita benci ternyata itu baik bagi kita. Namun yakinlah bahwa semua yang Allah kehendaki itu adalah untuk kebaikan kita. Apa sajakah adab dalam doa agar dikabulkan tersebut?
1.    Dengan menghadirkan Hati Salah satu kunci dikabulkannya doa adalah dengan ‘Ihsan’. Yaitu merasakan kehadiran Allah dimanapun dalam keadaan bagaimanapun. Selalu sadar bahwa saat kita berdoa, Allah sedang melihat dan mengawasi kita. Allah Maha Mengetahui bisikan hati kita, Allah begitu dekat dengan kita, lebih dekat dari urat nadi kita.
2.    Dengan rasa Takut dan Penuh Harap Disaat kita berdoa, sekalikali jangan pernah ada kerguan dalam hati. Tapi pasrahkan segalanya kepadaNya dan selalu berprasangka baik disetiap ketetapannya. Pasrahkan diri kita dan yakini Allah akan segera mengabulkan doa-doa kita.
3.    Dengan suara lembut Karena Allah begitu dekat dan Maha Mengetahui, maka suara orang yang berdoa itu bagaikan mendesah, meratap dan mengiba. Orang yang dalam keadaan seperti itu sudah barang tentu akan menunjukkan bentuk suaranya yang keluar dari hatinya dan bila mengucapkannya ia ucapkan dengan suara yang lembut. Allah berfirman dalam Al-Quran: ”Berdoalah kepada Rabbmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS.al-'Araf [7]: 55).
4.    Di awali dengan beristighfar, Menyesal dan Mengakui dosa. Banyak contoh dalam Al-Quran bagaimana para Nabi dan Rasul berdoa. Nabi Adam As, Nuh As, Yunus As dan lainnya, senantiasa berdoa dengan penuh kekhusyukan dan kerendahan hati, seraya diawali doanya dengan memuji dan mensucikan (tasbih) serta menyisipkan penyesalannya, mereka mengakui dosa-dosa dan kelemahan dirinya. Sebagai contoh: Rabbana dhalamna anfusana, begitulah doa Nabi Adam As yang diawali dengan pengakuan dosanya. Nabi Yunus As mengawalinya dengan pengakuan tauhid, bertasbih dan mengakui keadaanya berada dalam kegelapan. “LAilaha illA anta subhAnaka inni kuntu mina ܲalimin.

BAB VIII (MENGHINDARI AKHLAK TERCELA KEPADA ALLAH)

BAB VII (IMAN KEPADA MALAIKAT ALLAH DAN MAKHLUK GHAIB LAINNYA SEPERTI JIN, IBLIS, SETAN)


1. Pengertian malaikat Allah SWT
Malaikat berasal dari bahasa Arab malaikah (jamak); malak (tunggal). Malaikat merupakan makhluk ghaib yang diciptakan Allah SWT dari nur (cahaya). Karena malaikat bersifat ghaib, maka malaikat tidak dapat dilihat, didengar, diraba oleh panca indra manusia. Mereka hidup di alam yang berbeda dengan alam syahadah yaitu alam yang kita saksikan ini. Meskipun malaikat tidak dapat dilihat akan tetapi kita wajib mengimani adanya mereka, dan wajib mengetahui malaikat-malaikat secara hakikat.
Malaikat adalah makhluk langit yang mengabdi kepada Allah SWT. Mereka melakukan berbagai kewajiban, dari mencabut nyawa hingga memikul ‘arasy Allah SWT. Mereka dapat diutus kepada nabi-nabi dan kepada orang-orang beriman untuk menguatkan keimanan mereka.
Walaupun malaikat tergolong makhluk ghaib, akan tetapi Allah SWT memberikan kekuasaan kepada mereka untuk dapat menjelma dalam rupa seperti manusia ataupun makhluk lainnya yang dapat dilihat oleh mata manusia, seperti kedatangan malaikat Jibril kepada Maryam, Nabi Ibrahim, Nabi Luth dalam rupa manusia.
2.    Pengertian beriman kepada malaikat
Percaya terhadap malaikat, unsur kedua dalam rukun iman, adalah sangat penting karena kepercayaan tersebut memurnikan dan membebaskan konsep tauhid dari bayangan syirik. Beriman kepada malaikat bukan berarti kita menyembah kepada malaikat, karena malaikat adalah makhluk yang dipilih Allah SWT sebagai makhluk yang bebas dari dosa dan tidak mengingkari perintah-Nya.
Beriman kepada malaikat adalah mempercayai dan meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT menciptakan makhluk yang bernama malaikat. Malaikat diberi tugas untuk melaksanakan segala sesuatu yang diperintahkan. Jika mengingkari adanya malaikat berarti mengingkari Allah SWT, mengingkari malikat berarti kufur, mengingkari ajaran Islam.


Firman Allah dalam Q S. al-Baqarah ayat 98 sebagai berikut;
 
Artinya :
"Barang siapa menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah musuh bagi orang-orang kafir".
Lebih lanjut, Islam mengajarkan bahwa tidak ada satu malaikat pun yang dapat menjadi perantara atau mencampuri hubungan antara manusia dengan Allah SWT. Menyembah atau meminta pertolongan kepada malaikat merupakan tindakan yang merendahkan harkat manusia.
B.   BUKTI DALIL KEBENARAN ADANYA MALAIKAT ALLAH SWT DAN MAKHLUK GHAIB LAINNYA SEPERTI: JIN IBLIS DAN SYAITAN
1.      Tanda-tanda adanya malaikat Allah SWT melalui fenomena alam yang terjadi di lingkungan sekitar.
            Malaikat adalah makhluk ruhani yang bersifat ghaib. Mereka diciptakan dari nur (cahaya), serta selalu taat, tunduk, patuh kepada Allah SWT. Selain itu mereka juga tidak membutuhkan makan, minum atau tidur. Mereka tidak mempunyai keinginan apapun yang bersifat fisik dan juga kebutuhan-kebutuhan yang bersifat materiil. Mereka menghabiskan siang dan malam hanya untuk mengabdi kepada Allah SWT.
Malaikat diciptakan tanpa memiliki hawa nafsu. Hal inilah yang membedakan malaikat dengan manusia dan jin.
Sedangkan tanda-tanda adanya malaikat Allah melalui fenomena alam yang terjadi di lingkungan sekitar sebagai berikut :
a.          Adanya hujan dan semua makhluk diberi rizki untuk melangsungkan kehidupannya, yang ditugaskan oleh Allah SWT kepada malaikat Mikail.
b.         Adanya kematian seseorang yang dicabut nyawanya, yang ditugaskan oleh Allah SWT kepada malaikat Izrail.
c.          Adanya pencatatan perbuatan manusia, yang ditugaskan oleh Allah SWT kepada malaikat Raqib dan Atid.
d.         Adanya wahyu ynag diterima Nabi Muhammad yaitu al-Qur’an melalui malaikat Jibril.
2.      Tanda-tanda adanya makhluk ghaib selain malaikat seperti jin, iblis, dan syaitan melalui  fenomena alam yang terjadi di lingkungan sekitar.
Makhluk ghaib adalah makhluk Allah yang tidak bisa dilihat secara kasat mata. Mereka juga tidak dapat disentuh dengan tangan kita. Selain malaikat ada 2 (dua) jenis makhluk ghaib yang diciptakan Allah, mereka adalah jin, iblis, dan syaitan.
Jin adalah sejenis makhluk halus yang berakal yang mempunyai keinginan-keinginan sebagaimana manusia. Perbedaannya dengan manusia adalah jin tidak kelihatan. Sebaliknya kehidupan mereka hampir sama dengan kehidupan kita. Mereka juga makan, minum, mempunyai anak, beraktifitas dan bertempat tinggal. Dengan adanya petunjuk dari Allah, di antara jin ada yang beriman dan beramal shaleh, sebaliknya tidak sedikit pula yang kafir, ingkar kepada Allah, suka berbuat jahat dan juga suka menyesatkan manusia. Jin yang beriman berhak mendapatkan pahala, sedang mereka yang kafir mendapat hukuman dan siksa dari Allah.
Tanda-tanda adanya jin melalui fenomena alam yang terjadi di lingkungan sekitar adalah sebagai berikut:
Ø  Terjadi kesurupan pada manusia.
Ø  Berusaha membujuk manusia untuk berbuat dosa, seperti bolos Madrasah, memakai obat-obatan terlarang, mabuk-mabukan, tawuran dan zina.
Iblis adalah makhluk ghaib yang diciptakan Allah dengan tujuan menggoda dan menyesatkan manusi, karena kesombongan dan keangkuhannya, iblis diusir dari surga. Iblis bisa menerima hukuman itu, tetapi dia mempunyai dua permintaan yaitu;
Pertama : memohon agar Allah memberinya kehidupan sampai akhir zaman.
Kedua      : agar dia diizinkan untuk menggoda anak cucu Adam.

Tanda-tanda adanya iblis melalui fenomena alam yang terjadi di lingkungan alam sekitar sebagai berikut :
Ø  Adanya kemungkaran.
Ø  Adanya kemaksiatan.
Ø  Tidak mau melakukan ibadah/kebaikan.

3.      Tanda-tanda adanya makhluk ghaib seperti jin, iblis dan syaitan melalui dalil naqli.
1)        Jin tercipta dari api yang sangat panas sesuai firman Allah Q. S. al-Hijr 27 :

Artinya :
"Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas".

2)      Iblis adalah golongan jin yang membangkang perintah Allah  Q. S. al Kahfi Ayat 50

Artinya :
"Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, "Sujudlah kamu kepada Adam!" Maka mereka pun sujud kecuali iblis. Dia adalah dari (golongan) jin, maka dia mendurhakai perintah Tuhannya. Pantaskah kamu menjadikan dia dan keturunannya sebagai pemimpin selain Aku, padahal mereka aalah musuhmu? Sangat buruklah (iblis itu) sebagai pengganti (Allah) bagi orang yang dhalim".

·         Perbedaan antara malaikat jin, iblis dan syaitan.

Malaikat
Jin, Iblis, syaitan
Asal kejadian
-   Diciptakan dari Nur (cahaya)
-     Diciptakan dari Nar (api)
Sifat
-          Selalu patuh
-          Tidak memiliki hawa nafsu
-          Selalu bertasbih.
-          Tidak mempunyai sifat sombong

-          Jin diberi kebebasan untuk beriman atau kafir (taat atau membangkang)
-          Iblis dan syaitan memiliki sifat sombong, menentang, durhaka, dan berusaha menyesatkan manusia.
Tujuan penciptaan
-          Diciptakan untuk selalu taat kepada Allah SWT sesuai dengan tugas masing-masing
- Allah menciptakannya dengan tujuan sama dengan penciptaan manusia yaitu menyembah kepada Allah. Pada awalnya jin, syaitan iblis diciptakan untuk taat kepada perintah-perintah Allah SWT tetapi mereka durhaka dan sombong terhadap perintah Allah, maka mereka menjadi makhluk Allah yang terkutuk mereka akan disiksa di neraka selama-lamanya.